Artikel/ Makalah
Perkembangan Terkini Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring
Written by Sukri Rahman, Erwi Saswita   
Sunday, 24 September 2017 21:25
PDF Print E-mail

ABSTRAK

Latar belakang: Karsinoma nasofaring ( KNF ) merupakan tumor yang radiosensitif. Perkembangan ilmu dibidang teknologi berpengaruh besar terhadap alat dan teknik  radioterapi.

Tujuan: mengetahui perkembangan radioterapi pada KNF.

Tinjauan Pustaka: Teknik radioterapi telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. KNF stadium awal diterapi dengan radioterapi saja dan pada stadium lanjut diterapi dengan kombinasi dengan kemoradiasi. Mekanisme apoptosis ditingkat seluler akibat radioterapi dikaitkan dengan tingginya kadar p 53, Reactive Oxygen Species (ROS), c-Jun N-terminal kinase (JNK) dan caspases. Protektan potensial berupa amifostin, N-Acetylcysteine (NAC), epicatechin diharapkan dapat berfungsi sebagai proteksi terhadap zat radioaktif.

Kesimpulan: Radioterapi adalah modalitas utama penatalaksanaan karsinoma nasofaring stadium awal. Pengetahuan mengenai efek yang ditimbulkan dari penggunaan radioterapi dapat digunakan untuk pencegahan komplikasi yang tidak diinginkan. artikel lengkap

Kata kunci: karsinoma nasofaring,  radioterapi, apoptosis, toksisitas

Last Updated ( Sunday, 24 September 2017 21:39 )
 
Manfaat N-Acetyl Cysteine Pada Gangguan Pendengaran Akibat Bising
Written by Yan Edward, Nirza W, Erwi S   
Friday, 22 September 2017 23:02
PDF Print E-mail

Abstrak

Latar Belakang : Gangguan pendengaran akibat bising merupakan gangguan pendengaran yang dapat dicegah. Tuli  dapat terjadi  jika terpapar bising intensitas tinggi dalam jangka waktu lama.  Jenis tuli adalah tuli sensorineural pada kedua telinga yang bersifat permanen. Radikal bebas yang dihasilkan  bising dapat menyebabkan kematian sel rambut telinga dalam. Tujuan: mengetahui peranan dan manfaat N-Acetyl Cysteine pada gangguan pendengaran akibat bising. Tinjauan Pustaka: Kematian sel rambut koklea akibat bising disebabkan kerusakan mekanik yaitu kematian langsung disebabkan getaran yang berlebihan yang intens jangka lama  dan metabolik dimana keluarnya zat oksidatif  seperti Reactive Oxigen Species, Reactive Nitrogen Species dan beberapa radikal bebas lainnya. Gluthatione adalah antioksidan endogen poten yang akan menetralisir zat oksidatif tersebut. N-Acetyl Cysteine sebagai prekursor gluthatione adalah antioksidan eksogen yang bekerja dengan membentuk  gluthatione yang diperlukan sebagai radical scavenger sehingga kematian sel rambut dapat dicegah. Alat yang dapat digunakan untuk deteksi Gangguan pendengaran akibat bising adalah distortion product otoacoustic emission. Kesimpulan: Paparan bising jangka panjang dapat menimbulkan tuli permanen yang  disebabkan kerusakan sel rambut koklea. Kerusakan sel rambut  dapat dicegah dengan dengan pemakain N-Acetyl Cysteine sebagai prekursor  gluthationeartikel lengkap

Kata Kunci: Gangguan pendengaran akibat bising, N-Acetyl Cysteine, Reactive Oxigen Species.

Last Updated ( Thursday, 05 October 2017 13:37 )
 
Evaluasi Gangguan Penghidu pada Rinitis Atrofi
Written by Effy H, Bestari JB, Dolly I, Erwi S   
Friday, 22 September 2017 22:58
PDF Print E-mail

Abstrak

Pendahuluan: Rinitis atrofi merupakan penyakit yang khas ditandai dengan hidung berbau, krusta yang tebal berwarna kehijauan dan atrofi pada struktur kavum nasi. Gangguan penghidu pada rinitis atrofi sering  terlambat diketahui setelah pasien datang berobat dengan bau dari hidung yang dikeluhkan oleh keluarga. Laporan Kasus: Dilaporkan dua  kasus gangguan penghidu pada pasien yang menderita rinitis atrofi. Terapi medikamentosa sudah dilakukan selama 2 bulan dan operasi Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) dilakukan dengan tujuan untuk eradikasi sumber infeksi dan membuka ostium sinus maksila sehingga sillia dapat fungsi. Tes sniffin dilakukan sebelum dan sesudah operasi BESF.  Kesimpulan: Gangguan penghidu pada rinitis atrofi disebabkan proses infeksi yang progresif pada mukosa hidung dan sinus yang menyebabkan atrofi dan degenerasi sel olfaktorius. artikel lengkap

Kata kunci: Rinitis atrofi, bedah sinus endoskopi fungsional, sniffin test, anosmia

 
Abses Serebelum Otogenik Berulang
Written by Jacky M, Yan E, Erwi S   
Friday, 22 September 2017 22:54
PDF Print E-mail

Abstrak

Pendahuluan: Abses serebelum otogenik merupakan salah satu komplikasi intrakranial dari otitis media supuratif kronik (OMSK) tipe bahaya. Hal ini merupakan kegawatdaruratan di bidang THT, yang berpotensi menjadi serius dan mengancam jiwa. Kejadian abses otak otogenik  25%  dari seluruh komplikasi intrakranial dimana angka abses serebelum lebih rendah dibandingkan  dengan abses serebrum. Angka kekambuhan abses otak didapatkan 5-10%.

Laporan Kasus : Dilaporkan satu kasus OMSK tipe bahaya pada seorang  anak laki-laki berusia 11 tahun dengan komplikasi abses serebelum berulang.  Pada pasien ini sudah dilakukan drainase abses serebelum dan timpanomastoidektomi dinding runtuh. Abses di serebelum muncul lagi sehingga   dilakukan drainase yang kedua untuk abses serebelum berulang. Kesimpulan: Abses serebelum berulang pada otitis media supuratif kronis dapat terjadi setelah  operasi drainase abses serebelum  dan operasi mastoidektomi. Penatalaksanaan  abses serebelum adalah drainase abses dan operasi mastoidektomi yang dilanjutkan terapi  antibiotik selama 3 bulan. artikel lengkap

Kata kunci : Otitis media supuratif kronik, abses otak otogenik,  timpanomastoidektomi dinding runtuh.

Last Updated ( Friday, 22 September 2017 22:56 )
 
Fisiologi dan Gangguan Indera Pengecapan
Written by Jacky M, Yan E, Nirza W, Rossy, Delva S   
Wednesday, 20 September 2017 14:28
PDF Print E-mail

Abstrak

Latar belakang: Taste bud merupakan organ indera pengecapan yang terdapat pada dinding papilla fungiformis dan papilla valata. Saraf korda timpani merupakan percabangan dari saraf fasialis yang membawa sensasi rasa dari duapertiga anterior lidah. Saraf korda timpani terletak di dalam telinga tengah dan tidak terlindungi di dalam tulang sehingga mudah cedera pada operasi telinga tengah dan saat terjadinya infeksi kronis. Tujuan: Mengetahui dan memahami anatomi, patofisiologi dan gangguan pengecapan sebagai komplikasi kelainan pada telinga tengah. Tinjauan Pustaka: Taste bud adalah organ indera untuk pengecapan yang merupakan badan avoid yang terdiri dari kumpulan 30-100 sel neuroepitel. Serabut saraf sensoris dari taste bud pada dua pertiga anterior mula-mula akan diteruskan ke saraf lingualis kemudian melalui korda timpani menuju saraf fasialis dan akhirnya ke traktus solitarius pada batang otak. Beberapa kelainan yang dapat menyebabkan gangguan pengecapan seperti infeksi kronis. dan saat operasi telinga tengah seperti miringoplasti, timpanomastoidektomi, osikuloplasti yang beresiko menyebabkan cederanya korda timpani. Kesimpulan: Terganggunya fungsi pengecapan dapat terjadi karena infeksi kronis dan tindakan operasi pada telinga tengah karena cederanya saraf korda timpani. artikel lengkap

Kata kunci : Indera pengecapan, saraf korda timpani, kelainan telinga tengah

 
<< Start < Prev 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Next > End >>

Page 10 of 32