Artikel/ Makalah
Rinitis Okupasi
Written by Effy H, Bestari JB, Dolly I, Eko W   
Sunday, 24 September 2017 22:54
PDF Print E-mail

Abstrak

Pendahuluan: Rinitis okupasi ditandai dengan gejala hidung tersumbat, rhinorea, rasa gatal pada hidung dan atau bersin yang merupakan proses sekunder terhadap paparan di tempat kerja. Secara garis besar dibagi atas alergi dan non alergi, berdasarkan patogenesis agen penyebab. Rinitis okupasi alergi bisa disebabkan oleh agen high-molecular-weight (HMW) dan low-molecular-weight (LMW). Pemeriksaan baku emas untuk menkonfirmasi diagnosis rinitis okupasi adalah tes provokasi hidung. Penatalaksanaan utama pada rinitis okupasi adalah menghindari atau menghilangkan agen penyebab. Tujuan: Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan rinitis okupasi. Kesimpulan: Rinitis okupasi dengan rinitis yang dieksaserbasi oleh lingkungan kerja merupakan hal yang penting untuk dibedakan dalam kasus rinitis yang berhubungan dengan pekerjaan. Sebagai seorang dokter THT, kita harus menanyakan riwayat penyakit pasien secara detail dan pemeriksaan yang objektif, dimana tes provokasi hidung harus dilakukan jika tersedia. Identifikasi agen penyebab merupakan tujuan utama dari pemeriksaan ini. Penatalaksanaan utama berupa menghilangkan dan menghindari agen penyebab. artikel lengkap

Kata kunci : Rinitis okupasi, high molecular weight (HMW), low molecular weight (LMW), tes provokasi hidung

 
Dilatasi Esofagus pada Akalasia dengan Esofagoskopi Kaku
Written by Novialdi, Fachzi F, Eko W   
Sunday, 24 September 2017 22:51
PDF Print E-mail

Abstrak

Pendahuluan: Akalasia merupakan suatu gangguan motorik primer pada esofagus yang ditandai dengan hilangnya peristaltik esofagus dan tidak berelaksasinya sfingter bawah esofagus pada saat menelan. Pada pemeriksaan radiologis kelainan ini ditandai dengan tidak ditemukan adanya peristaltik, pembukaan sfingter bawah esofagus yang minimal dengan gambaran “paruh burung” dan gangguan pengosongan barium pada esofagus. Penggunaan esofagoskopi selain sebagai alat diagnostik dapat juga berfungsi sebagai terapi untuk dilatasi esofagus pada akalasia. Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus akalasia pada laki laki berumur 26 tahun yang didiagnosis berdasarkan klinis, esofagofram dan esofagoskopi. Pada kasus ini dilakukan dilatasi esofagoskopi dengan esofagoskopi. Kesimpulan: Esofagoskopi kaku dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis akalasia dan juga sebagai terapi untuk dilatasi esofagus. artikel lengkap

Kata kunci : akalasia, esofagus, sfingter esofagus bawah, esofagoskopi, dilatasi

Last Updated ( Sunday, 24 September 2017 22:54 )
 
Malignancy Transformation In Sinonasal Inverted Papiloma
Written by Bestari JB, Eko wahyudi   
Sunday, 24 September 2017 22:45
PDF Print E-mail

Abstract

Introduction:Inverted papilloma is a benign lesion occurring in nasal cavity and paranasal sinuses. Even though these tumor are classified as benign they are known to cause local destruction, known tend to recur and also can undergo malignant transformation to squamous cell carcinoma. Case Report: Reporting a case in a 62 year man with suspicious recurrent inverted papilloma that treated by maxillectomy. Pathological finding revealed squamous cell carcinoma. Conclusion: In this case,has occurred malignancy transformation of inverted papilloma being squamous cell carcinoma, which possibility of this transformation varies from 1,7-7% of all cases. artikel lengkap

Keywords: Inverted papilloma, squamous cell carcinoma, malignancy transformation, nasal cavity

 
Imunoterapi Subkutan pada Rinitis Alergi
Written by Effy H, Bestari JB, Dolly I, Ferdy A   
Sunday, 24 September 2017 22:34
PDF Print E-mail

Abstrak

Latar belakang: Imunoterapi (Allergen immunotherapy) adalah terapi dengan cara memberikan ekstrak alergen dalam dosis bertahap pada pasien yang alergi terhadap alergen tersebut. Saat ini, imunoterapi terutama diindikasikan sebagai terapi rinitis alergi, asma, dan hipersensitivitas terhadap racun bisa Hymenoptera. Metode yang umum digunakan adalah imunoterapi subkutan dan imunoterapi sublingual. Imunoterapi bertujuan untuk mengurangi gejala yang terjadi karena paparan terhadap alergen, meningkatkan kualitas hidup serta menginduksi toleransi jangka-panjang. Tujuan: Mengetahui peranan, prosedur, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping imunoterapi subkutan sebagai salah satu alternatif tatalaksana alergi Tinjauan pustaka: Imunoterapi subkutan merupakan metode imunoterapi yang telah terbukti efektif untuk terapi penyakit alergi termediasi IgE. Imunoterapi subkutan dilakukan dengan cara injeksi ekstrak alergen dengan dosis yang meningkat secara bertahap hingga mencapai dosis maintenance. Efek samping yang mungkin terjadi pada imunoterapi subkutan diantaranya adalah reaksi anafilaksis. Kesimpulan: Imunoterapi subkutan merupakan terapi dalam tatalaksana penyakit alergi termediasi-IgE seperti rinitis alergi. Imunoterapi ini dilakukan dalam jangka waktu 4-6 tahun, sehingga membutuhkan komunikasi yang efektif dan kepatuhan pasien untuk keberhasilan terapi. Terapi ini terbukti keamanannya dan keefektifannya dalam memodifikasi penyakit alergi seperti rinitis alergi dan asma. artikel lengkap

Kata Kunci : Alergen Imunoterapi, imunoterapi subkutan, Rinitis alergi, ekstrak alergen

 
Juvenile Trabecular Ossifying Fibroma Sinonasal
Written by Sukri R,Al Hafiz , Ferdy azman   
Sunday, 24 September 2017 22:32
PDF Print E-mail

Abstrak

Pendahuluan: Ossifying fibroma merupakan tumor yang jarang terjadi, bersifat jinak, berbatas tegas dan bersifat fibrosseus yang terdiri dari tulang, jaringan fibrosa, dan sementum. Tumor ini sebagian besar berada di regio kepala dan leher, terutama ditemukan pada mandibula (75%), maksila (10-20%), serta sangat jarang pada kavum nasi dan ethmoid. Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis, gambaran radiologis dan pemeriksaan histopatologis. Gold standard diagnosis ossifying fibroma adalah pemeriksaan histopatologi dengan gambaran berupa sel lamella matur atau imatur spikula yang saling terjalin dan dibatasi oleh osteoblast. Tatalaksana utama ossifying fibroma adalah reseksi komplit, dengan pendekatan bedah terbuka ataupun pendekatan endoskopi. Prognosis penyakit ini baik, dengan rekurensi jarang terjadi pada tumor yang berhasil dilakukan reseksi komplit. Laporan Kasus: Dilaporkan satu kasus anak perempuan usia 14 tahun dengan diagnosis juvenile trabecular ossifying fibroma sinonasal. Dilakukan tindakan maksilektomi medial dengan pendekatan rinotomi lateral dan perendoskopi. Kesimpulan: Ossifying fibroma merupakan tumor jinak yang jarang terjadi, dapat bersifat agresif dan invasif  jika ditemukan pada pasien berusia muda. Reseksi komplit merupakan pilihan utama dalam tatalaksana tumor ini. Rekurensi dapat terjadi pada tumor yang dilakukan reseksi secara inkomplit. artikel lengkap

Kata kunci: Ossifying fibroma, kavum nasi, sinonasal tumor, juvenile

 
<< Start < Prev 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Next > End >>

Page 7 of 32